Tak ada yang bisa menyangkal bahwa kanker menjadi penyakit mematikan. Di antara sekian banyak jenis kanker, ada satu yang bisa dihindari dengan
melakukan pemeriksaan dini, yakni kanker serviks atau kanker leher rahim.
Kanker serviks merupakan kanker dengan jumlah penderita terbesar kedua setelah kanker payudara yang diderita kaum wanita di seluruh dunia. Bahkan, di Indonesia, jenis kanker yang satu ini menduduki peringkat pertama. Jumlah kematian yang cukup besar akibat kanker serviks disebabkan keterlambatan pengobatan.
Sebagian besar penderita datang setelah kondisinya cukup parah atau telah masuk stadium lanjut sehingga pengobatan yang diberikan praktis sia-sia belaka. Spesialis obstetri dan ginekologi konsultan onkologi dr Nugroho Kampono SpOG (K), hal utama untuk mencegah kanker serviks dengan melakukan deteksi dini. Masalahnya, problem dalam mencari lesilesi prakanker itu selama ini dilakukan dengan papsmear.
Sementara, papsmear bukan pekerjaan mudah dan tidak juga berbiaya murah. Padahal pengobatan yang dilakukan saat pralesi akan memberikan tingkat keberhasilan 100 persen. Bila sudah masuk stadium I, angka keberhasilan mencapai 70 persen, stadium II 60 persen, stadium III 30 persen, dan stadium IV 0 persen.
â€Nah, 60 persen pasien kanker serviks yang datang ke rumah sakit adalah mereka yang sudah masuk stadium III,†ujar Nugroho, yang juga Ketua Medik RSCM ini dalam peluncuran kampanye mencegah kanker serviks di Jakarta, pekan lalu. Spesialis obstetri dan ginekologi RS Mitra Keluarga Kelapa Gading dr Boy Abidin SpOG mengatakan, yang jadi kendala dalam penanganan kanker serviks adalah tidak semua wanita mau melakukan papsmear secara rutin tiap tahunnya.
â€Penyakit ini bisa dideteksi dini kalau ada kemauan,†tutur lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung. Sementara itu, staf pengajar Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM Dr dr Dwiana Ocvianti SpOG menuturkan, kanker serviks merupakan satu-satunya jenis kanker yang bisa dicegah. Problemnya, kaum wanita sebagian besar malu dan enggan memeriksakan diri.
â€Hal utama dalam pencegahan kanker serviks adalah kemauan untuk melakukan pemeriksaan dini secara teratur. Apalagi kini sudah ada inspeksi visual asam asetat (IVA),†ucap Dwiana. IVA merupakan metode deteksi atau pemindaian lesi (luka) prakanker sederhana yang dilakukan dengan menyemprotkan asam asetat 5 persen ke permukaan leher rahim.
â€Teknik ini sederhana. Semprotkan asam asetat ke permukaan leher rahim dan dilihat apakah ada lesi prakankernya atau tidak,†tuturnya. Dia mengatakan, metode ini sudah diakui oleh WHO dan dinilai efektif digunakan di negara berkembang karena sederhana dan murah.
Sensitivitasnya lebih dari 90 persen dan spesifitasinya sekitar 40 persen. Dengan metode diagnosis yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit tersebut, lesi prakanker bisa dideteksi sejak dini. Dengan demikian, bisa segera ditangani dan tidak berkembang menjadi kanker stadium lanjut.
â€Kalau dari hasil tes IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang terlihat dari adanya perubahan warna dinding leher rahim dari merah muda menjadi putih, artinya perubahan sel akibat infeksi tersebut baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa dimatikan atau dihilangkan dengan dibakar atau dibekukan,†paparnya. Dengan demikian, penyakit kanker yang disebabkan human papilloma virus (HPV) itu tidak jadi berkembang dan merusak organ tubuh yang lain.
Deteksi dini kanker serviks sangat diperlukan untuk menekan kejadian penyakit yang setiap tahunnya menyerang 15 ribu wanita Indonesia dan mengakibatkan 8.000 di antaranya meninggal dunia. â€Sebab, hanya dengan memeriksakan diri secara rutin -dengan IVA cukup lima tahun sekali- kaum perempuan bisa mengetahui kondisi kesehatan reproduksinya dan melakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah yang timbul sejak dini,†ujar Dwiana.
Dia menambahkan, semua tenaga medis bisa melakukan pemeriksaan ini. Efektivitasnya hampir sama. Kalau pemeriksaan ini menyatakan bahwa seorang wanita sehat, maka 90 persen kemungkinannya wanita itu memang sehat. â€Tapi, kalau ternyata dinyatakan ada lesi prakanker, perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikannya,†ujarnya.
Agar menjangkau daerah yang lebih luas, bidan yang bertugas di daerah akan dilatih melakukan deteksi dini kanker leher rahim (serviks). Hal ini untuk menemukan kasus penyakit mematikan yang umumnya menyerang kaum perempuan itu sedini mungkin. â€Kami dari lembaga profesi dan akademisi bekerja sama dengan Departemen Kesehatan akan memberikan pelatihan deteksi dini kanker serviks dengan IVA,†tandas Dwiana. (alfian/SINDO/mbs)










