JAKARTA – Depresi merupakan gangguan psikologis yang memengaruhi perasaan, pikiran, fisik, serta tingkah laku.
Mengenali gejala sedini mungkin dan memberikan perawatan tepat dapat mengatasi gangguan tersebut. Gejala-gejala apa yang seharusnya kita kenali?
Seseorang dikatakan depresi jika sedikitnya mengalami dua dari gejala utama, yaitu perasaan depresif seperti murung dan sedih, hilangnya minat atau gairah, serta rasa lemah tidak bertenaga.
“Di samping gejala utama, ada gejala tambahan seperti konsentrasi menurun, rasa bersalah berlebihan, gangguan pola tidur dan makan, serta rasa putus asa,? kata Ketua Kolegium Psikiatri Prof Sasanto Wibisono dr SpKJ (K), dalam media edukasi “Pa-radigma Baru Pengobatan Depresi?, di Jakarta belum lama ini. Kondisi tersebut, menurut dia, akan berlangsung lebih dari dua minggu.
Apakah penyandang depresi dipengaruhi jenis kelamin? Walaupun kriteria diagnostik sama untuk semua jenis kelamin, wanita ternyata lebih rentan mengalami depresi. “Wanita lebih berisiko depresi disebabkan perubahan hormonal serta perbedaan karakteristik di antaranya keduanya,?ungkap Kepala Divisi Psikiatri Adiksi Departemen Psikiatri FKUI dr Danardi Sosrosumihardjo SpKJ (K).
Hal senada diungkapkan psikiater dari University of Nebraska College of Medicine Subhash C Bhatia MD. Dia mengungkapkan, kriteria depresi adalah sama untuk semua jenis kelamin. Akan tetapi,wanita lebih mudah merasakan perasaan bersalah, cemas, peningkatan bahkan penurunan nafsu makan, gangguan tidur, serta gangguan makan.
Dokter Danar menambahkan, kemungkinan wanita mengalami depresi satu setengah kali sampai dua kali dibandingkan pria. Ditegaskannya kembali bahwa tidak semua wanita mengalami hal tersebut. Namun, masalah perubahan hormonal sering dikaitkan dengan kecenderungan depresi.
Ketika seseorang mengalami depresi, jumlah cairan kimia di dalam otak berkurang. Hal itu dapat menyebabkan sel otak bekerja lebih lambat. Cairan neurotransmitter tersebut adalah serotonin. Bila terjadi ketidakseimbangan, akan menyebabkan depresi. Selain serotonin, ada zat penghantar saraf lain yang berperan menyebabkan depresi, seperti norepineprin, dopamine, histamin, dan estrogen.
Estrogen yang merupakan hormon kaum wanita ini bertanggung jawab sebagai penyebab depresi. Ketika jumlah estrogen menurun akan memunculkan gejala- gejala depresi. Di samping itu, estrogen juga akan memberi pengaruh secara langsung timbulnya depresi itu sendiri.
Lebih jauh Subhash mengungkapkan, di dalam tubuh wanita terdapat dua hormon yaitu estrogen serta progesteron.Keduanya bekerja bergantian, misalnya dalam kondisi menstruasi jumlah estrogen menurun sedangkan progesteron naik. Pada saat menstruasi atau pre-menstrual syndrome (PMS). Dalam kondisi ini wanita lebih mudah untuk sedih, sensitif, marah, serta mudah menangis.
“Bagi wanita yang menjelang menopause, tepatnya satu tahun sebelumnya, akan semakin berisiko mengalami depresi. Kondisi ini disebut pre-menopause, kecenderungannya wanita lebih sensitif serta paranoid sehingga semakin berisiko,? tutur dr Danar.
Psikiater yang juga praktik di RS Mitra Internasional mengungkapkan, penurunan estrogen pada wanita akan berpengaruh pada emosi. Selain perubahan hormonal, karakteristik wanita yang lebih mengedepankan emosional daripada rasional juga berperan.Ketika menghadapi suatu masalah, wanita cenderung menggunakan perasaan. (hendrati hapsari/SINDO/via)










